Partai Nelson Mandela mendapat pukulan telak dalam pemilu. Ke mana ia meninggalkan Afrika Selatan?
Partai Kongres Nasional Afrika yang berkuasa di Afrika Selatan akan kehilangan mayoritas untuk pertama kalinya dalam 30 tahun setelah pemilu nasional minggu ini, yang menandai perubahan politik terbesar di negara tersebut sejak berakhirnya apartheid.
Dengan hasil yang diperoleh dari 90% daerah pemilihan pada pukul 17.10 ET, dukungan terhadap ANC mencapai 41,04%. Partai oposisi resmi, Aliansi Demokratik (DA) yang berhaluan tengah, memperoleh 21,72% suara.
Di belakang mereka terdapat dua partai sempalan ANC: Partai uMkhonto weSizwe (MK) yang baru dibentuk, dipimpin oleh Zuma, memperoleh 13,69% suara, dan Pejuang Kemerdekaan Ekonomi (EFF) yang berhaluan kiri jauh memperoleh 9,46% suara. Berdasarkan data dari komisi pemilu negara tersebut. menunjukkan.
Para pemilih yang muak memberikan pukulan telak pada partai Nelson Mandela dalam pemilu setelah bertahun-tahun terlibat skandal korupsi dan salah urus ekonomi. Akibatnya, ANC terpaksa membentuk koalisi untuk memerintah negara yang paling tidak setara di dunia ini.
Cyril Ramaphosa, presiden Afrika Selatan dan ANC – dan pernah menjadi favorit Mandela untuk menggantikannya sebagai pemimpin – menjanjikan “fajar baru” ketika ia mengambil alih jabatan pada tahun 2018 dari mantan presiden Jacob Zuma yang dipermalukan.
Partai Nelson Mandela mendapat pukulan telak dalam pemilu
Namun banyak yang merasa janji-janji tersebut tidak pernah terwujud dan hasil pemilu mencerminkan masyarakat yang sangat frustrasi dengan arah negara tersebut. Masyarakat Afrika Selatan kini bisa menghadapi ketidakpastian politik selama berminggu-minggu. Seiring upaya ANC untuk mencapai kesepakatan koalisi dengan mantan pesaingnya.
Teguran terhadap ANC bukanlah hal yang tidak terduga, dan mencerminkan ketidakpuasan yang meluas terhadap partai yang berkuasa. Namun skala kerugiannya mengejutkan beberapa pihak.
“Apa yang kami lihat adalah para pemilih tidak senang dengan sejarah ANC saat ini. Khususnya apa yang terjadi pada tahun-tahun Zuma dan apa yang terjadi setelahnya.” Kata analis dan mantan anggota parlemen ANC Melanie Verwoerd kepada CNN.
Ada “kesombongan umum dan hilangnya hubungan dengan pemilih umum di pihak ANC.” Kata Verwoerd. Seraya menambahkan bahwa partai-partai seperti MK dan EFF telah memanfaatkan ketidakpuasan tersebut.
Zuma – seorang pengkritik keras Ramaphosa – dipaksa mengundurkan diri sebagai pemimpin pada tahun 2018 dan menjalani hukuman penjara singkat pada tahun 2021 karena penghinaan terhadap pengadilan. Mahkamah Konstitusi melarang pria berusia 82 tahun itu mencalonkan diri sebagai anggota parlemen pada bulan Mei. Namun wajahnya tetap tercantum dalam surat suara partai MK.